Musim hujan sudah dekat, sementara pembangunan rumah belum juga rampung. Jika menunggu tukang bangunan yang sedang mengerjakan teras rumah, maka akan semakin banyak waktu yang terbuang, maka pengerjaan septic tank akan terlambat.
Sebetulnya pengen juga menambah tukang bangungan, tapi kadang tukang bangunan di sini suka bersaing tidak sehat, yang mengakibatkan pekerjaan yang sedang mereka kerjakan akan dikerjakan asal-asalan saja karena merasa disaingi oleh tukang bangunan lain yang bekerja pada pemilik rumah yang sama. Jadi untuk menghindari itu, terpaksa dan dengan berat hati saya harus mengerjakan sendiri pekerjaan membuat septic tank tesebut.
Tadi sore, dengan modal nekad saya coba mengerjakan pembuatan septic tank. Lubang sudah tersedia yang kami kerjakan secara gotong royang tanpa membayar tukang galian, cukup dengan bermodalkan minuman Moca ABC, beramai-ramai kami menggali lubang.
Tadi sore sepulang sekolah saya mengajak Agus (anak yang tinggal di rumah bersama kami) untuk mulai mengerjakan sendiri septic tank tersebut. Diawali dengan mencampur semen dan pasir, kemudian secara pelan-pelan mulai menyusun batu cadas (kami sebut batu gunung) sebagai pondasi dinding septic tank. Pekerjaan kami lakukan dengan pelan namun pasti, dan akhirnya jadi juga.
Yang penting niat, saya pikir pekerjaan tersebut tidaklah berat, yang sulit mungkin mengangkat dan menurunkan campuran semen dan batu-batu cadas tersebut ke dalam lubang.
Ketika magrib, saya pulang ke rumah, menghidupkan laptop, dan mulai online untuk mencari referensi ukuran dan model septic tank yang akan dibuat tersebut. Lumayan banyak juga informasi yang saya dapatkan, dan selanjutnya tinggal mempraktekkan saja. Semoga pekerjaan ini tidak mengalami hambatan, dan semoga hujan juga belum turun sebelum pembuatan septic tank selesai… 🙂